Tuesday, August 23, 2011

Hut RI Ke - 66

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

REORIENTASI UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Setelah kita membahas kembali tentang pengamalan Pancasila kedalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, selanjutnya kita akan membahas penjabaran Pancasila kedalam pasal-pasal UUD RI 1945 yang telah mengalami amandemen empat kali, namun belum menyentuh substansi yang seharusnya diamandemen.

MEWUJUDKAN MANUSIA DAN MASYARAKAT INDONESIA SEUTUHNYA

Setelah penulis menyampaikan kritik terhadap jalannya Reformasi disegala aspek kehidupan beserta cara bertindak dalam reformasi aspek kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat serta reformasi organ negara, mengingatkan kembali makna Pancasila serta reformasi undang-undang dasarnya yang telah diamandemen sampai keempat kali dan untuk amandemen ke lima kali, penulis ingin menyampaikan perwujudan manusia dan masyarakat seutuhnya.

APARATUR NEGARA YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Untuk mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa perlu tahap-tahap seperti :

Tahap pertama, menyusun / mengamandemen UUD RI 1945 dengan hati nurani yang bersih, hindari pola pikir dan pola tindak yang mengutamakan pribadi dan kelompoknya. Aparatur negara adalah Kepala Negara yang dirangkap oleh MPR, Pemerintah, DPR dan Mahkamah Agung, TNI dan Bank Sentral. Lembaga ini harus diatur agar mereka sejajar dibawah kendali Kepala Negara yang diatur dengan mekanisme pengambilan keputusan secara musyawarah/ kepemimpinan kepanitiaan / kepemimpinan kolektif.  Tiap-tiap aparatur negara, mandiri dan tidak saling penetrasi kekuasaan masing-masing. Koordinasi merupakan kewajiban namun bukan penetrasi.  Jika terjadi konflik antara aparatur negara maka Kepala Negara yang mengadili melalui Mahkamah Konsitusi. Oleh karena itu Mahkamah Konsitusi sebaiknya dijadikan Organ Majelis. Komisi Yudisial dihapus saja.

Penyejuk Iman


Mengamalkan Puasa Untuk Memantapkan Ketaqwaan 
oleh H. Koestomo, M.Sc

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdu lillaahi rabbil alamin. Almalikil athimilladzii yahkumubilhaqi wa yaqdhi bil adli wa yahdzinasi lla shirothilmustaqiim.
Ashadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalahu, waasyhaduanna Muhammadan abduhu wa Rasuluhhu, Allahuma shali wasallim wabarik’alla nabiyina muhammadin wa ala alihi wa shabbihi, wa man tabiahum ila yaumiddin  amma ba’du. Wa ya  ibadallah uushiikum wa iyaaya bi taqwallah wa thaatihi laallakum tuflihun. Qaalallahu taala fil qur’anil karim. Audzubillahiminasyaithonirrojim, Bis-millaahir rahmaanir rahiim.

RAKYAT YANG TANGGON, TANGGAP DAN TRENGGINAS SERTA DISIPLIN NASIONAL.

Tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang baik bukan hanya tergantung pada awak aparatur negara melainkan juga tergantung pada rakyatnya. Oleh karena itulah kualitas rakyatpun harus dirancang agar mempunyai karakter yang tanggon, tanggap dan trengginas serta disiplin. Visi ini bukan hanya untuk visi di lingkungan Akademi Militer saja melainkan harus diterapkan kepada seluruh manusia Indonesia. Oleh karena itu, perlu konsepsi tentang nation character building/rekayasa sosial/social engineering. Social engineering diperlukan untuk membentuk watak rakyat agar memiliki kualiatas tanggon, tanggap dan trengginas serta disiplin.

APLIKASI KEPEMIMPINAN SEJATI DALAM KEHIDUPAN RAKYAT DAN KEHIDUPAN KENEGARAAN.


Bagi manusia yang senang berfikir negatif, tentunya akan sulit menerima konsepsi Kepemimpinan Sejati, karena menurut pendapatnya bahwa yang dapat mengetrapkan kepemimpin Sejati hanyalah nabi Muhammad, SAW. Kita kan manusia biasa, bukan Nabi, bukan Rasul, dan juga bukan malaikat mana mungkin dapat mengaplikasikan Kepemimpinan Sejati dalam memimpin dikehidupan sehari-hari. Tetapi jika kita berfikir positif dengan nalar yang sehat serta dibimbing oleh hati nurani yang

Rangkuman Buku Terbitan 2011


MEMBANGUN NEGARA EQUILIBRIUM
"Sebuah Kritik Konstruktif untuk Reorientasi Reformasi"
Gerakan Reformasi yang sudah berlangsung sekitar 12 tahun tampaknya masih juga belum menemukan formula yang tepat untuk mewujudkan cita-citanya. Perjuangan untuk meujudkan kesejahteraan masyarakat dengan mengubah hampir semua pranata sosial dan kenegaraan tidak diikuti oleh cetak biru yang hendak diwujudkan. Sehingga sampai kini arah reformasi menjadi semakin kabur.