Tuesday, August 23, 2011

Penyejuk Iman


Mengamalkan Puasa Untuk Memantapkan Ketaqwaan 
oleh H. Koestomo, M.Sc

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdu lillaahi rabbil alamin. Almalikil athimilladzii yahkumubilhaqi wa yaqdhi bil adli wa yahdzinasi lla shirothilmustaqiim.
Ashadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalahu, waasyhaduanna Muhammadan abduhu wa Rasuluhhu, Allahuma shali wasallim wabarik’alla nabiyina muhammadin wa ala alihi wa shabbihi, wa man tabiahum ila yaumiddin  amma ba’du. Wa ya  ibadallah uushiikum wa iyaaya bi taqwallah wa thaatihi laallakum tuflihun. Qaalallahu taala fil qur’anil karim. Audzubillahiminasyaithonirrojim, Bis-millaahir rahmaanir rahiim.

Yaa ayyuhal ladziina aamanuu kutiba alaikumushshiyaamu kamaa kutiba alladziina min qablikum la’alakum tattaquun.
Laisal birra an tuwalluu wujuuhakum qibalal masyriqi wal maghribi wa laakinnal birra man aamana billahi wal yaumil aakhiri wal malaaikati wal kitaabi wannabiyyina wa aatal maala”alaa hubbihiil dzawil qurba wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili wassaailiin wa firriqaabi wa aqaamash shalaata wa aatazzakaata wal muufuuna bi’ahdihim idza aahaduu wash shaabiriina fil ba’saai wadh dharaai wa hiinal ba’si ullaikalladzina shadaquu wa ullaika humul muttaquun.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Seperti kita pahami bersama bahwa puasa telah diwajibkan kepada kita, bukan hanya kepada umat Islam saja melainkan juga kepada  umat-umat lain termasuk umat-umat sebelum kita lahir, agar kita bertaqwa.  Dalam kesempatan yang singkat ini marilah kita mengkaji sejenak makna puasa dan taqwa tersebut.
Puasa dalam bahasa Arab Syiam atau syaum. Beberapa ulama mengartikan syaum berasal dari kata untuk memberi nama pohon  gundul dan kering yang tumbuh dipadang pasir. Ulama lainnya menyebut ramadhan berasal dari kata radh yang berarti membakar,  sehingga diartikan bahwa di bulan ramadhan manusia berpuasa untuk membakar dosa-dosa yang pernah dilakukannya.
Saya sendiri mengartikan puasa merupakan kegiatan usaha manusia untuk menahan nafsu pancaindera selama beberapa waktu, nafsu pola pikir dan nafsu pola tindak yang bertentangan dengan ajaran moral luhur dan akhlak mulia / agama dengan tujuan agar dirinya mempunyai sikap dan perilaku yang terpuji / taqwa. Pemahaman puasa seperti ini mengandung makna bahwa puasa bukan hanya diwajibkan oleh ajaran agama saja melainkan juga merupakan kebutuhan manusia dalam mengejar kebahagian hidup didunia dan akhirat, sehingga lebih bersifat  kesadaran pribadi dari pada paksaan ajaran agama. Puasa dalam arti harfiahnya adalah  menahan nafsu makan dan minum, menahan nafsu berbicara yang tidak baik / amarah, menahan melihat hal-hal yang tidak baik, menahan mendengar hal-hal yang tidak baik, menahan berpikir dan bertindak yang tidak baik dan menahan untuk tidak berprasangka kepada pihak lain. Nafsu makan dan minum hanya berlangsung selama kurang lebih 13 ½ jam. Nafsu lainnya yang bertentangan dengan norma luhur ajaran agama harus dikekang dan dikendalikan  sepanjang hidup. Puasa di bulan suci ramadhan adalah latihan untuk mengekang hawa nafsu syaitoniyah sepanjang hidup.   Apakah dengan berpuasa selama 30 hari, kita langsung dapat disebut sebagai orang yang bertaqwa ? Sebelum menjawab pertanyaan ini, marilah kita membahas bersama tentang Taqwa terlebih dahulu. Taqwa berdasarkan pengertian yang terkandung dalam kitab suci Al Qur’an adalah seperti yang tertulis dalam Surat Al Baqarah ayat 177 yaitu orang yang benar dan bertaqwa adalah orang yang memahami dan mengamalkan kebaikan yaitu : Beriman kepada Allah, Hari Akhirat, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang (terlantar), dalam perjalanan, orang yang meminta-minta, dan membebaskan perbudakan, mendirikan shalat, menunaikan zakat  dan orang-orang yang memenuhi janjinya bila mereka berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesengsaraan, penderitaan dan pada waktu peperangan“.
a.      Beriman / percaya kepada Allah, hari akhirat  dan malaikat-malaikat. Ketiga-tiganya merupa-kan hal yang gaib / tidak dapat dijangkau dengan inderawi / empiris dan logika nalar wadah manusia, tetapi hanya dapat dikaji melalui indera bathin berdasarkan perenungan yang yang khusu sambil berpuasa. Allah berada di Arrasy, Allah dekat dan mengabulkan do’a manusia yang berdoa kepada Nya (Surat Al Baqarah ayat 186). Allah lebih dekat dari urat leher (Surat Qaf ayat 16), tidak dapat dilihat dan diraba tetapi dapat dirasakan kehadiranNya dan kekuasaan-Nya. Demikian pula tentang hari Akhirat dan Malaikat-malaikat. Jika kita tidak dapat memahami kekuatan gaib, maka sulit untuk  dapat  berfikir dan bertindak yang sesuai dengan akhlak mulia. Keyakinan kepada Allah, Malaikat dan hari Akhir merupakan kondisio cine quanon bagi terwujudnya kontrol diri yang kuat / strength inner control terhadap nafsu syaetoniah / nafsu-nafsu yang berten-tangan dengan ajaran agama / aklak mulia.
b.         Beriman kepada Kitab-Kitab, Nabi-Nabi. Kita dianjurkan untuk memahami dan berusaha mengamalkan Kitab Suci Al Qur’an dan ajaran Nabi / Sunah Rasul yang kita imani / Nabi Besar Muhammad SAW.
c.         Memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang (terlantar), dalam perjalanan, orang yang meminta-minta, dan membebaskan perbudakan. Kita harus ingat bahwa harta yang dititipkan oleh Allah SWT kepada kita, sebagian adalah milik orang lain. Hal inilah yang diwajibkan untuk dizakatkan, diinfakan, disedakohkan, dipajakkan.
d.        Mendirikan shalat, menunaikan zakat  dan orang-orang yang memenuhi janjinya bila mereka berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesengsaraan, penderitaan dan pada waktu peperangan “.
Shalat bukan hanya shalat wajib saja melainkan juga shalat-shalat sunah lainnya sesuai dengan keperluan manusia dalam memohon kepada Allah SWT.
Demikian juga menunaikan zakat bukan hanya zakat idul fitri saja melainkan juga zakat mall dan zakat lainnya.
Janji kepada siapapun harus dipenuhi baik kepada perorangan maupun kepada organisasi dan pemerintah serta agama dan negara.
Sabar dalam segala pola pikir dan pola tindak. Sabar harus diartikan sebagai “ ikhlas dalam menunggu suatu proses alam / hukum Allah SWT / Sunattullah dan tidak diartikan lamban atau alon-alon asal klakon.
Apakah dengan melaksanakan puasa dalam bulan ramadhan sekali kita langsung menjadi manusia yang bertaqwa? Tentunya tidak demikian. Kita harus puasa wajib setiap tahun ditambah puasa sunnah sepanjang masih hidup sesuai maksud dan tujuannya. Insya Allah  cepat atau lambat Allah akan memberikan bimbingan dan karunia Nya kepada kita untuk menjadi manusia yang bertaqwa. Jatah manusia yang bertaqwa dalam kehidupan akhiratnya  adalah Surga adn. Oleh karenanya berlomba-lombalah untuk menjadi manusia yang bertaqwa dan salah satu jalannya adalah melalui puasa-puasa.

Barakallah li walakum fil quranil karim wanafaani wa iyyakum bi ayati wa dzikril hakim inahu huwa samiul alim Fastaghfirullah athima li wa lakum innahu huwa ghafururrahimi.