Monday, August 18, 2008

AJARAN TAUHID DI JASIRAH ARAB DAN SEKITARNYA.

Pemahaman manusia tentang Penciptanya selalu berkembang dari waktu ke waktu. Jaman animisme manusia tidak mengenal Tuhan karena dianggap manusia berada di bumi, terjadi dengan sendirinya tanpa dicipta. Berikutnya mulai percaya kepada Tuhan yang banyak, semua benda aneh dianggap Tuhan/ Polyteisme. Semenjak nabi Ibrahim yang hidup pada abad 21 sebelum Masehi, diwilayah jasirah Arab, beliau mengajarkan pengakuan kepada Tuhan yang Esa yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sejak saat itu, manusia di jasirah Arab mulai mengenal Tuhan Yang Maha Esa/ Tauhid. Oleh karenanya para ahli sejarah menyebut Ibrahim sebagai bapak monoteisme/ bapak Tauhid/ bapak Islam, karena pada hakekatnya pemahaman arti Islam adalah percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa. Siapakah Ibrahim itu ? Ibrahim adalah anak seorang pembuat patung berhala di Mesir. Masyarakat saat itu mempunyai kebiasaan menyembah kepada Tuhannya dengan memper-sonifikasikan Tuhan sebagai patung/ berhala. Ibrahim tidak setuju dengan tata cara penyembahan kepada Tuhan seperti itu. Ibrahim memberontak dan memporak-porandakan patung-patung, sehingga beliau dijatuhi hukuman, dibakar badannya oleh Fir’aun. Namun dengan mujizat Allah SWT Ibrahim tidak mati, karena Ibrahim tidak merasa panas..... dan seterusnya.

Nabi Ibrahim mempunyai isteri Sarah dan Siti Hajar. Dari Sarah memberikan keturunan Iskak. Iskak beranak Yakub dan Yakub beranak Yusuf dan Benyamin serta 10 saudara tiri. Yakub inilah yang dikenal dengan nama Israel sehingga keturunannya disebut sebagai bangsa Israel.

Dari Siti Hajar, nabi Ibrahim memberikan keturunan Ismail dan Ismail inilah yang mempunyai jalur menurunkan Nabi Muhammad. Pada saat nabi Ibrahim, khotbah, ajaran-ajarannya tidak ada yang membukukan. Ajaran disampaikan secara turun temurun, secara lisan. Pada saat Daud berkuasa yang merupakan keturunan Yakub, ajaran nenek moyang dikombinasikan dengan hasil pemikirannya dan mulai dibukukan dalam kitab Zabur. Demikian pula sewaktu Musa membawa rakyat Israel keluar dari Mesir, ajaran-ajaran nenek moyang dikombinasikan dengan hasil pemikiran yang didapat dari petunjuk Tuhan, dibukukan oleh adiknya yakni Harun dalam sebuah buku yang disebut Kitab Taurat. Kitab Taurat saat itu dijadikan pedoman dalam kehidupan bangsa Israel sebagai kitab Suci. Pada dasa warsa berikutnya lahirlah seorang anak dari Maryam / Maria yang proses kelahirannya tanpa melalui proses alam sebagai hasil percampuran sel telur wanita dengan sperma laki-laki, melainkan dilahirkan melalui mujizat Allah yaitu dihembuskan ruh Kudus ke rahim Maryam / Maria. Lahirlah Yesus Kristus yang terkenal dengan Isa Al Masih, pembawa berita dan pengajar Taurat dengan berbagai perbaikan dari hasil pemikirannya yang berasal dari Wahyu Tuhan. Ajaran dan khotbah Yesus dibukukan oleh murid–muridnya seperti Matius, Lukas, Yohanes dan Markus. Oleh karena itulah terdapat bermacam-macam Injil ada Injil Markus, Injil Matius, Injil Yohanes dan Injil Lukas. Sayangnya ajaran Yesus masih berjalan keburu beliau ditangkap oleh penguasa dan disalib sebagai akibat penghianatan salah satu muridnya yang bernama Yudas. Kurang lebih lima abad setelah Yesus berpulang ke Rahmatullah, lahirlah Nabi Muhammad yang mengajarkan Islam sebagai koreksi terhadap ajaran yang ada di Taurat dan Injil. Pada usia 40 tahun Muhammad diangkat menjadi Rasullulah dan Nabi. Rasullulah Nabi Besar Muhammad tahu benar bahwa ada beberapa ayat –ayat di Taurat dan Injil yang mengalami pembiasan akibat salah penafsiran para ahli kitabnya. Saat itu Nabi Muhammad SAW mengajarkan melalui khotbah-khotbah lisan karena memang ajaran Nabi Muhammad belum dibukukan, sedangkan nabi Muhammad sendiri adalah seorang yang ummi (tidak dapat menulis dan membaca). Pada zaman khalifah Usman bin Affan barulah ajaran Nabi Muhammad diperintahkan untuk dibukukan, untuk menghindari kehilangan makna ajaran Islam, karena banyak ahli kitab yang menguasai ajaran nabi Muhammad terbunuh dalam peperangan dalam rangka penyebaran agama Islam. Penghafal Al Qur’an banyak yang gugur sewaktu Perang Uhud.

Kelompok kerja penyusunan ajaran Nabi Muhammad dipimpin oleh Sabid bin Samid dan menghasilkan 2 (dua) buah kitab yang ditulis tangan dan diberi nama Al Qur’an/ bacaan.

Jika ditelusuri, ajaran tauhid dari nabi Ibrahim sampai ke Nabi Muhammad dengan kitab sucinya adalah, Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an terdapat benang merah ajaran tauhid dengan beberapa penyempurnaan seperti yang terdapat pada :

Surat ke 2 Al Baqarah ( Sapi Betina ) ayat 41 : “Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama yang ingkar kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat Ku dengan harga yang rendah dan hanya kepada Ku kamu bertaqwa “.

Surat Yuunus ( Yunus ) ayat 37 : “Tidaklah Al Qur’an ini diadakan oleh siapun selain Allah, bahkan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menerangkan Kitab yang tidak ada keraguan didalamnya dari Tuhan semesta alam“.

Dan diakui bahwa yang ada di Al Qur’an juga ada di suuf-suuf jaman Ibrahim dan Musa seperti yang terdapat dalam Surat ke 87 Al A’laa (Yang Maha Tinggi) ayat 18 : ”Sesungguhnya hal ini telah ada dalam kitab-kitab terdahulu“. Dan ayat 19 : “(yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa“.

Artinya, Al Qur’an membenarkan isi kitab sebelumnya dan mengakui kebenaran kitab jaman Ibrahim dan Musa. Kitab yang dimaksud adalah Zabur, Taurat, dan Injil. Oleh karena itu, sesungguhnya ajaran tauhid dari jaman nabi Ibrahim sampai nabi Muhammad merupakan suatu benang merah perkembangan pemahaman manusia terhadap Sang Penciptanya/ peradaban manusia yang berasal dari wahyu Tuhan, sehingga disebut agama. Sejalan dengan itu hasil pemahaman tersebut setiap pemimpin pada jamannya berupaya mengetrapkan sistem pemerintahnya berdasarkan hasil pemahaman manusia kepada Tuhannya.

Diluar jazirah Arab juga ada manusia yang telah hidup berbudaya seperti di negeri Eropah, Asia khususnya di Cina dan India. Masyarakat didaerah tersebut juga mempunyai kehidupan rohani yang relatip berbeda dengan kehidupan rohani di Jasirah Arab. Makanya di benua Asia ada agama Hindu, Budha dan agama lain yang tidak kita kenal/ tidak kita akui sebagai agama. Demikian pula di benua Eropah ada masyarakat kuno yang mempunyai kepercayaan tentang Tuhannya seperti di Yunani tentang kepercayaan kepada dewa-dewa.

Jika demikian, kita dapat mempunyai gambaran bahwa sejak awal, manusia berusaha mencari sang Penciptanya. Pemahaman manusia terhadap sang Pencipta sesuai dengan era jamannya dan sesuai dengan pola pikir sang Pembawa berita (Rasul atau Nabi) yang telah mendapat wahyu dari Tuhannya.

Demikian pula para ilmuwan yang berusaha untuk menemukan ilmu baru untuk kepentingan manusia itu sendiri, selalu berkembang sesuai hasil penemuan terbarunya sesuai petunjuk Tuhannya yang telah berfirman bahwa Manusia dan Jin diperintahkan untuk menembus langit dan bumi dengan ilmu yang akan diberikan secara bertahap sedikit demi sedikit.

Baik nabi maupun ilmuwan, tidak akan dapat menemukan Tuhannya secara fisik/ jasad, karena memang dibatasi oleh dimensi ke enam, yang pada akhirnya mereka memberi gambaran tentang Tuhan sesuai dengan persepsinya. Cara mempersonifikasikan Tuhan berbeda-beda ada yang membuat patung, ada yang mengganggap benda keramat lainnya dan ada pula yang menyimbulkan dengan batu-batu. Termasuk di agama Islam sendiri dalam menyembah Tuhan Allah SWT/ sembahyang menghadap ke kiblat yakni ke Kabah yang merupakan tempat dimana batu Hajar Aswat berada. Batu Hajar Aswad sebenarnya adalah batu hitam yang indah seperti batu akik, yang ditempatkan oleh Ibrahim di dekat tempat beliau akan menyembelih Ismail . Dalam menyembah Tuhan pada saat itu dengan cara mengelilingi batu itu/ tawaf seperti yang dilakukan oleh Nabi Nuh, dan diikuti juga oleh nabi Ibrahim. Tawaf sebagai simbul dinamika kehidupan Jagad Raya sampai sekarang diikuti oleh pengikut Islam. Dari jaman dulu sampai sekarang telah terjadi dan tidak pernah ada yang menyamakan persepsi / kesimpang siuran tentang gambaran Tuhan. Bangsa satu dengan bangsa lainnya saling merasa bahwa persepsinyalah yang paling benar. Padahal Tuhan tidak dapat dijangkau dengan indera manusia bahkan indera rohani sekalipun, tetapi hanya bisa dirasakan kehadirann Nya, Kekuatan Nya dan Kekuasaan Nya. Demikian juga para pakar ilmu ilmiah kehabisan akal mencara Tuhan. Tuhan berada pada dimensi gaib bukan pada dimensi empiris ilmiah / dimensi tiga. Kondisi demikian yang menyebabkan pemahaman terhadap Tuhan Allah SWT sangat beragam dan jika dibahas akan terjadi perdebatan yang tajam dan mengarah kepada perkelahian secara fisik. Bagaimana meluruskan pemahaman yang seperti ini ? Tugas para pendakwah agama, para pemimpin umat, para orang tua dan para budayawan jangan sampai menyebarkan pemahaman ajaran malah mengakibatkan peselisihan dan perkelahihan. Hal ini justru bertentangan dengan maksud dan tujuan diturunkannya agama dan dibimbingnya manusia tentang akal budi yang baik oleh para nabi dan Rasul yang telah diberi Wahyu oleh Allah SWT.

No comments: